Home » » Makna Upacara Tumpek Landep di Bali

Makna Upacara Tumpek Landep di Bali

Written By Unknown on Monday 22 April 2013 | 09:38

Tumpek Landep
Dasar pelaksanaan upacara ini adalah Lon tar Sundarigarna, yang berbunyi sebagai berikut:
“Kunang ring wara Landep, Saniscara Kliwon, puja wali Bhatara Shea, mwah yoganira Sanghyang Paceupati, puja wali Bhatara Siwa turn peng putih kuning adanadanan, iwak sata sarupania, grih trasibang, sedah wah, haturakna ring sanggar.
Yoga Sanghyang Sri Pasupati, sesayut jayeng prang, sesayut kusurna yudha, suci, daksina, peras, canang wangi-wangi, astawakna ring sarwa sanjata, lendepaning prang.
Kalingania ring wwang, denia paceupati, landeping idep, samangkana talaksanakna kangjapamantra wisesa Pacrupati”.
Artinya:
Pada hari Wuku Landep, Saniscara Kliwon (Sabtu Kliwon) adalah hari pemujaan Bhatara Siwa dan hari yoganya Sanghyang Paceupati. Adapun sarana untuk pemujaan Bhatara Siwa adalah tumpeng putili selengkapnya, lauknya ayam sebulu-bulu, grih trasibang (ikan asin dan terasi merah), sedah woh, dihaturkan di Sanggar Pamujan (tempat pemujaan).

Sementara itu, untuk pemujaan Sanghyang Pasupati dihaturkan, sesayut jayeng prang, sesayut kusuma yudha, suci, daksina, peras, canang wangi-wangi. Babantenan ini ditujukan (di-ayabkan) kepada semua jenis senjata sehingga bertuah dalam perang ( perang kehidupan).
Adapun hakikatnya dalam din manusia, ialah tajamnya pikiran (idep), untuk itu laksanakanlah japa mantra untuk mendapatkan anugerah Pasupati.

Dan uraian lontar tersebut dapat dipahami bahwa ista dewata yang dipuja dalam pelaksanaan Tumpek Landep adalah Bhatara Siwa dalam manifestasiNya sebagai Sanghyang Paceupati. Pasupati dalam teologi Hindu adalah manifestasi Siwa sebagai Raja binatang (Pasu = binatang; pati = raja). 
Dengan pemujaan terhadap Siwa sebagai Sang Hyang Pasceupati ( Raja dari segala raja Binatang, hendaknyak kita dapat membunuh nafsu-nafsu kebinatangan dengan senjata yang berupa ketajaman Pikiran yang disimbolkan dengan keris atau senjata-senjata tajam lainnya. 
Upaya menyelami kedalaman makna Tumpek Landep dilakukan dengan menyimak kutipan lontar Sundarigama bahwa hakikat Tumpek Landep adalah mengasah ketajaman pikiran (landeping idep). Landeping idep dipandang menjadi spirit Tumpek Landep yang hendak dibangun sang kawi melalui lontar tensebut.
Dalam agama Hindu sangat kaya akan symbol-simbol terutama dalam hal bebantenan (upakara). Upakara merupakan penterjemahan dari symbol-simbol ajaran Veda. Begitu juga setiap hari raya yang ada mempunyai symbol-simbol tertentu dan di dalamnya terkadung makna yang dalam. Seperti contoh lambang Omkara yang disimbolkan dalam bentuk Kuwangen dan daksina. Hari raya Kuningan diperingati dengan pembuatan Tamiyang sebagai symbol perlindungan diri, Galungan dengan membuatan penjor (sebagai symbol Kemakmuran /kejayaan atas kemenangan Dharma). Sekarang cocokah hari raya Tumpek Landep disimbulkan dengan mobil atau motor yang bisa mewakili dari ketajaman pikiran ? Atau malah mewakili atau memperlihatkan ego keduniawiaan saja ?. Semua saya kembalikan pada umat sedarma. Kalau itu memang merasa cocok, silahkan dijalankan karena Hindu tidak ada unsur paksaan atau istilah haram dan halal. Tergantung niat dan tujuannya. Salam Damai Rahayu.
Share this article :

0 comments:

Post a Comment



 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. My Life in Bali - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger